Pakar
di bidang perbandingan agama. Argumentasinya mampu mematahkan lawan
debatnya, baik dari kalangan Kristen/Katholik maupun Yahudi. Hidupnya
diwakafkan untuk membela Islam sebagai agama yang benar.
SYAIKH
Ahmad Husain Deedat (Lahir 1 Juli 1918 di distrik Surat, India),
terlahir dari seorang ibu bernama Fatimah dan ayah bernama Husain
Deedat. Pada tahun 1927,
keluarga Deedat hijrah ke kota Durban, Afrika Selatan. Di usia
sekolahnya, Ahmad Deedat dikenal sebagai seorang siswa yang cerdas. Di
Durban itulah Deedat disekolahkan di Islamic Center untuk belajar dan
memperdalam Al-Qur’an, hadits, dan fikih.
Orangtua
Deedat tergolong sebagai keluarga kurang mampu. Karena itu, selain
sekolah di pagi hari, di siang hingga sore harinya Deedat membantu
ayahnya berjualan garam di kiosnya yang kecil di pinggiran kota
Durban.Kios milik keluarga Deedat itu bersebelaahan dengan Lembaga
Seminar yang mencetak para penginjil. Dari sinilah Deedat berinteraksi
dengan para murid seminari tersebut. Ia sering diejek, diajak debat,dan
Nabinya pun (Muhammad SAW) jamak menjadi bahan olok-olokan mereka. Mendapat
perlakukan yang kurang menyenangkan tersebut Deedat kecil hanya
termenung di malam
hari.
Air matanya pun kerap menetes ketika ia merasa tak mampu menghadapi
segala cemoohan yang ditujukan kepada junjungannya, Rasulullah SAW.
Inilah
yang memicunya secara serius mempelajari Al-Qur’an dan berbagai kitab
Bibel. Dalam pencariannya itulah akhirnya Deedat menemukan buku
berjudul 'The Truth Revealed' (Izharul Haq) karya Hamid
Kadri Al-Hindi, yang berisi tentang kegiatan misionaris Kristen di
kawasan yang kemudian dikenal sebagai British India. Dari buku ini pula Deedat mampu menandingi para siswa di seminari. Hasilnya cukup membanggakan.
Kalau sebelumnya para siswa seminari cenderung mencibir Islam, kini mereka melunak dan menghormati Nabi Muhammad SAW.
Seiring
dengan perubahan waktu, Deedat pun mendapat posisi penting di
perusahaan meubel. Inilah yang menyebabkan ia bisa melanjutkan studinya
yang terputus akibat kesulitan ekonomi waktu itu. Lalu, sambil bekerja,
Deedat melanjtkan kuliahnya di Fakultas Seni yang didalamnya dipelajari
pula matematika dan ilmu manajemen.
Dari
kuliahnya ini pula Deedat mendapat ilmu logika yang membuatnya mampu
merumuskan pikiran-pikirannya secara logis dan sistematis dalam
mengemukakan gagasannya, baik tulis maupun oral. Untuk memperdalam ilmu
perbandingan agamanya, Deedat terus belajar sendiri dan memperdalam
bahasa-bahasa asing seperti Arab, Inggris, Perancis, Afrika, dan Ibrani.
Lalu, untuk mengumpulkan dana yang lebih besar guna keperluan dakwah, Deedat mangadu nasib ke Pakistan, tahun 1949. Selama 3 tahun di Pakistan ia menjabat sebagai direktur perusahaan tekstil.
Setelah itu ia kembali ke Durban dan kembali menduduki posisi di perusahaan meubel yang dulu ia tinggalkan. Pada
tahun 1956, Deedat memutuskan menjadi seorang pendakwah, yang
mengkritisi ajaran Kristen/Katholik dan Yahudi.Ada pengalaman menarik
ketika Deedat merintis dakwahnya. Waktu itu ia bekerja di Beare
Brothers, sebuah perusahaan milik konglomerat Yahudi di Johanersburg,
Ibukota Afrika Selatan. Dari sini ia sering berdialog dengan komunitas
Yahudi, baik secara formal maupun informal.
Keseriusan
Deedat memperdalam ajaran Kristen dan Yahudi mengantarkannya sebagai
seorang pakar di bidang kristologi dan Yahudisme. Ia lalu terjun total
ke dunia dakwah Islam. Antara lain membuka kelas yang mengkaji tentang
injil, memberikan ceramah dan perdebatan soal kitab suci umat Kristiani
itu. Ia mendirikan pesantren pertamanya, Assalam, di bagian
selatan Afrika yang memberikan pelatihan tentang pengembangan dakwah. Ia
juga pendiri Organisasi Dakwah Islam terbesar di dunia, The Islamic
Propagation Center International dan menjadi presiden organisasi
tersebut.
Sepanjang
hidupnya, Deedat sudah menerbitkan lebih dari 20 buku dan menyebarkan
jutaan kopi tulisan serta pamflet ke seluruh dunia. Banyak karya-karya
tulisannya yang diterjemahkan ke bahasa asing, seperti bahasa Rusia,
Urdu, Arab, Bengali, Perancis, Cina, Jepang, Indonesia, Malaysia, Zulu,
Belanda, Norwegia dan bahasa lainnya.
Selain
itu, Deedat juga sudah memberikan ribuan ceramah dan kuliah hampir ke
seluruh dunia dan namanya cukup dikenal dan dihormati di kalangan
penganut Kristan Evangelis karena debat-debat publik yang sering
dilakukannya. Karir Deedat dalam bidang perbandingan agama, telah
membawanya melanglang buana ke lima benua. Ia melakukan dialog dengan
para pemuka agama Kristen Protestan di Amerika dan Paus Paulus.Mantan
Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, ketika berada di Arab Saudi
bahkan secara pribadi menelpon Syaikh Deedat untuk memberikan selamat
atas kontribusinya dalam mengembangkan pendidikan Islam.
Pada
tahun 1986, Syaikh Deedat menerima penghargaan bergengsi King Faisal
Award karena aktivitasnya yang luar bisa dalam dakwah Islam. "Dia adalah sebuh ikon. Saya pikir tidak ada seorangpun yang bisa menggantikannya," ujar rekan Sheik Deedat, Suleiman Vahed."Dia
adalah orang yang sangat terkenal. Dia bisa saja mengendarai mobil
mewah dan tinggal di rumah yang bagus, kalau ia mau. Tapi ia selalu
menunjukkan kesederhanaan dan kerendahan hati sepanjang hidupnya," kata
Raihana Badat, yang pernah menjadi tetangga Deedat dan sering menghadiri
kegiatan di rumah Deedat. Raihana menambahkan, dalam situasi seperti
sekarang ini, umat Islam sangat membutuhkan seorang pemuka Islam seperti
Deedat.
Kesuksesan
Syaikh Deedat ternyata tidak lepas dari dukungan sang isteri. Menantu
perempuannya, Yasmin mengungkapkan, ibu mertuanya adalah kekuatan bagi
Syaikh Deedat. "Beliau adalah seorang yang sangat positif dan terus
bersikap positif ketika mendampingi sang suami sakit, beliau tidak
pernah mengeluh dengan kondisi suaminya," papar Yasmin.Deedat
dikenal sebagai seorang yang serius menekuni dan mengkritisi
doktrin-doktrin teologi Kristen yang menurutnya banyak diselewengkan.
Untuk kepentingan itulah Deedat mendirikan Islamic Propagation Center Internasional, yaitu sebuah lembaga dakwah Islam yang berpusat di Durban, Afrika Selatan.Lebih dari 20 buku berhasil ditulisnya.
Sementara jutaan ekslempar buku itu dan rekaman video dibagi-bagikan ke seluruh penjuru dunia secara gratis.Debat-debat
Deedat dengan sejumlah pendeta telah banyak diterjemahkan ke berbagai
bahasa asing lainnya. Selain itu, dia juga memberikan ceramah ke
sejumlah negara khususnya negara-negara Barat yang menganut agama
Kristen. Karir keterlibatan Deedat dalam meluruskan doktrin Kristen itu
pertama kali terjadi di Amerika, yakni saat ia terlibat dialog dengan
Paus II.
Pada
tahun 1980, nama Deedat kian berkibar setelah terlibat debat panas
dengan pendeta Jimmy Swaggart. Karena keberanian dan caranya berdebat
yang kerapkali membuat para pendeta terpojok, Deedat pernah dilarang
masuk ke Perancis dan Nigeria dengan alasan dapat memicu kerusuhan
sipil.
Kembali ke haribaan-Nya
Syaikh
Anmad Deedat memperjuangkan dakwah hingga ajal menjemput dirinya.
Setelah menderita sakit dan kelumpuhan hampir 10 tahun lamanya, pada
hari Senin, 8 Agustus tahun 2005 Syaikh Ahmad Deedat berpulang ke
rahmatullah menemui Sang Khalik. Ribuan orang dari seluruh Afrika
Selatan mengantar jenazah Syaikh Ahmad Deedat ke tempat peristirahatan
terakhirnya. Keranda yang membawa tokoh cendiakawan muslim ini ditutupi
kain berwarna hijau dan diusung dari tempat kediamannya di Verulam,
Afrika Selatan, sekitar pukul 17.00 sore, untuk disholatkan di mesjid
Wick Street. Sholat jenazah itu diikuti oleh sekitar 1.000 orang jamaah
dipimpin oleh ulama terkemuka asal Zambia Mufti Ismail Menk. Setelah itu
jasadnya dimakamkan di pemakaman umum Islam Verulam.
Banyaknya para pelayat yang mengantarkan kepergiaan Syaikh Ahmad Deedat
dikarenakan dirinya sangat dikenal sebagai pejuang dakwah. Kiprahnya
dalam dakwah berhasil meningkatkan status warga muslim di Afrika
Selatan, namanya dikenal juga oleh komunitas muslim di Asia.Umat
Islam sedunia berduka dengan kepergiaan Syaikh Ahmad Deedat. Deedat
yang lama terbaring setelah diserang stroke pada tahun 1996, akhirnya
wafat pada Senin pagi di usia 87 tahun.
Sebelum
meninggal, da’i yang terkenal dengan serangan-serangannya terhadap
teologi Kristen itu masih sempat melawat ke Australia.Anak
lelaki Deedat, Yusuf, mengatakan bahwa ayahnya merasakan sakit sangat
serius sejak tiga pekan sebelum ajal menjemputnya. "Dia wafat akibat
gagal jantung," tambahnya. “Ibu saya dan saya bersamanya ketika ia
wafat,” ujar Yusuf. Meninggalnya Deedat memberi inspirasi kepada banyak
pendakwah di berbagai belahan dunia, bahwa mempelajari kitab agama lain
adalah senjata untuk membela kebenaran Islam.